| IN BAHASA | IN  ENGLISH |

Monday, September 25, 2006

Aku adalah Rajawali

Cerita ini berawal saat terjadinya gempa bumi dasyat di sebuah tempat yang jauh dari keramaian. Pohon-pohon bertumbangan, angin berhembus kencang, suara gaduh terdengar di mana-mana, tanah pun retak-retak dan terbelah. Setelah bencana berlalu, seorang petani muda melintas di tempat itu. Tak sengaja ia melihat sebuah sarang burung yang terkoyak dan jatuh di tanah. Petani muda itu mengorek-orek sarang dan menemukan sebutir telur di dalamnya. la penasaran melihat ukuran telur yang jauh lebih besar dibandingkan telur ayam peliharaannya. la pun bergegas membawanya pulang dan kemudian meletakkannya di antara telur-telur ayam agar dierami si induk ayam. Beberapa minggu kemudian, telur besar itu menetas mengikuti telur-telur kecil yang sudah menetas Iebih dulu. Dari tetasan telur besar itu muncul seekor unggas mirip ayam tetapi dengan bentuk dan ukuran yang berbeda sekali. Induk ayam mengira unggas itu sama saja dengan anak-anaknya yang lain.

Maka sejak itu si unggas hidup bersama anak-anak ayam. la makan, berjalan, bersuara, dan bermain-main layaknya anak anak ayam. Dia pun merasa sebagai bagian dari keluarga ayam ayam itu. Suatu hari, tinggi di udara tampak seekor burung rajawali terbang dengan gagah perkasa. Sebentar-sebentar menukik, berputar-putar, melayang-layang, sambil memekikkan suaranya yang menakutkan. Dari ketinggian itu matanya yang tajam sedang mengawasi dan mencari sasaran-sasaran yang hendak dimangsa. Sementara itu, di bawah tampak si unggas muda sedang mengintip kegagahan si rajawali besar, gagah, dan kepak sayapnya indah sekali. Suaranya juga dasyat, terdengar sampai di bawah sini," gumamnya penuh bersemangat. Sejenak kemudian, ia berubah menjadi sedih. "Seandainya aku bisa terbang... Aku pasti bangga dan bahagia sekali...," bisik si unggas muda.

Hingga suatu hari, si rajawali terbang agak rendah dan berputar-putar mengelilingi si unggas muda. "Hai ...kamu..!" teriak si rajawali. "Mengapa kamu hanya mendongak ke atas, berjalan kesana-kemari...? Ayo terbang...!" Si unggas muda terkaget-kaget. "A a a ... aku? Kau suruh aku terbang? Bercanda kamu! Aku tidak mungkin bisa terbang. Aku ditakdirkan berjalan dengan kedua kaki ini," jawab si unggas muda. "Salah...! Kamu ini seekor rajawali Kamu bisa terbang sama seperti aku!" teriak si rajawali, mengingatkan. Tidak! Aku berbeda dengan kamu! Aku memang memimpikan bisa terbang seperti kamu, tapi inilah nasibku. Selamanya aku tidak akan pernah bisa menjadi sepertimu. "rajawali pun kehilangan kesabaran. la mengepakkan sayap, terbang ke atas, lalu secepat kilat ia menukik dan menyambar si unggas muda. la membawa unggas muda itu tinggi sekali. Sambil terus mencengkeram unggas muda, si rajawali berteriak, "Sekarang bersiaplah! Aku akan melepasmuu... Kepakkan sayapmu sekuat tenaga!"Dan, hup...begitu dilepas, si unggas muda mengepak ngepakkan sayapnya sekuat tenaga sambil berteriak ketakutan. Sesaat kemudian, ia mulai bisa mengatur keseimbangan dan ia sadar. "Hah...aku tidak jatuh! Aku bisa terbang, aku sungguh bisa terbang,.. pekikan suaranya terdengar keras sekali. Dengan takjub Si unggas muda dan hati penuh kegembiraan yang luar biasa, Mengawali hidup baru dengan kesadaran penuh. "Aku adalah seekor rajawali ! Tempatku bukan hanya di daratan dan tidak perlu berjalan kaki mencari makan. Tempatku juga di udara, terbang bebas menjelajahi alam semesta !"

Pembaca yang budiman.
Kisah rajawali muda tadi mengingatkan kita pada potensi diri yang terpendam. Sebagai manusia berkal budi, bukannya kita tidak memiliki kemampuan. Tetapi seringkali kemampuan itu tidak muncul di permukaan hanya karena kita tidak menyadari potensi dalam diri kita. Kemampuan itu tenggelam karena kita tidak memiliki keberanian untuk mencoba. Seperti bunyi kata-kata mutiara yang sering saya ucapkan: Apa yang tidak mungkin sering kali hanya karena tidak pernah dicoba.




Baca Selanjutnya...!

Wednesday, September 20, 2006

Keranjang kehidupan

Alkisah, disebuah kerajaan kecil ada seorang pemuda desa yang jujur dan idealis yang tengah tumbuh karirnya. setelah beberapa tahun mengabdi sebagai pegawai kerajaan akhirnya ia dipromosikan sebagai pejabat pengawas keuangan. karena kejujuran dan idealismenya itulah, ia dianggap mampu mengawasi keuangan kerajaan yang dikorupsi oleh pejabat pejabat lainnya. tugas sehari harinya mengawasi aliran pajak yang masuk ke kas kerajaan

sebagai pengawas keuangan kerajaan, pemuda itu menjadi tokoh terhormat dan disegani diantara pejabat pejabat kerajaan lainnya. hanya saja, pekerjaan itu memberinya beban dan target yang begitu berat . ia harus mengatasi kebocoran keuangan dan menindak para pejabat yang korupsi. akibatnya, baru beberapa bulan memangku jabatannya si pemuda sudah panen ancaman dan tekanan.

Merasa hidupnya selalu tertekan dan terancam, hatinya gundah dan mulai goyah, “Jabatanku terpandang, tapi konsekwensinya sangat berat. Bagaimana cara bertahan di sini tetapi tidak menanggung beban seberat sekarang ?” tanyanya dalam hati. Setelah merenung tiada jawaban, ia teringat kakek tua yang bijak yang jadi tokoh panutan di desanya. Ia memutuskan menemui sang kakek bijak untuk meminta nasehat.

Singkat cerita, ia tiba disebuah rumah sang kakek bijak dan menceritakan semua persoalannya. Setelah mendengar secara seksama, kakek bijak memberi sebuah keranjang besar. “Ayo panggul keranjang ini dan ikuti aku,” perintah si kakek. Sejenak pemuda itu ragu ragu. “wah, aku ini seorang pejabat penting kerajaan kok disuruh memanggul keranjang? Apa maksud kakek ini?” gumamnya. Tapi akhirnya ia ikuti saja perintah tadi.

Lalu si kakek bijak mengajak si pemuda itu berjalan menelusuri jalan jalan desa. ”nah, sekarang tugasmu adalah memunguti setiap batu yang kamu temukan di tengah jalan, lalu masukan ke dalam keranjang yang kau gendong itu,” perintah si kakek bijak. Pemuda itu hendak menolak, tapi tak satupun terucap kata dari mulutnya. Akhirnya ia hanya menurut saja. Setelah cukup jauh mereka berjalan, keranjang hampir di penuhi batu batuan. Nafas si pemuda mulai tersengal sengal dan jalannya terseok seok karena kepayahan menahan berat. “Apa beban dipundakmu semakin berat?” Tanya si kakek bijak. “Yah… pastilah, kek. Pundak saya mau copot rasanya,” jawab si pemuda.

Sesampai dibawah pohon rindang, si kakek bijak meminta pemuda itu beristirahat dan menaruhkan keranjangnya. ”Dengarlah anak muda. Kerajang dan batu batuan itu sebenarnya hampir sama seperti kehidupanmu saat ini. Saat engkau baru lahir, kau sama seperti keranjang kosong tadi. Lalu dalam perjalanan hidupmu, kau pungut apa pun yang kau inginkan dan memasukannya kedalam keranjang kehidupanmu. Apa saja yang kau pungut itu? Ya, masa remajamu, masa dewasamu, keluargamu, tanggung jawabmu, kesenanganmu dan masalahmu. Semuanya itu ada harganya. Semakin jauh perjalananmu, semakin berat pula keranjang kehidupanmu,” jelas si kakek panjang lebar.

Bagaimana supaya keranjangku bisa lebih ringan,kek?” tanya si pemuda. Bukannya menjawab, si kakek malah balik bertanya ”anak muda, maukah engkau benar benar meninggalkan semua yang engkau punyai saat ini, yaitu keluarga, prestasi, jabatan, dan kesenanganmu?”.
Anak muda itu meggelengkan kepala. ”tentu saja tidak kek, semua prestasi dan kesuksesan itu kudapatkan dengan perjuangan keras, saya juga masih punya hasrat besar membersihkan kerajaan dari para koruptor,” jawab si pemuda. Nah sepanjang kehidupan kita, yang namanya masalah, kesulitan, hambatan, dan tangtangan pasti selau ada. Tidak ada kehidupan tanpa itu semua. Setiap kali kita berhasil melewati suatu masalah, kita pasti bertumbuh menjadi lebih matang. Lalu muncul ujian baru lagi, begitu seterusnya. Itulah kehidupan,” jelas si kakek bijak. Pemuda itu manggut manggut dan mulai mendapat gambaran. Si kakek melanjutkan, ”semakin besar prestasi kita, pasti semakin besar pula beban di pundak kita. Nasehatku,.. bila semua yang engkau peroleh tidak ingin kau lepaskan, terimalah konsekwensinya. Tapi jangan anggap semua pencapaianmu itu sebagai beban semata. Anggaplah itu semua sebagai tanggung jawabmu yang membahagiakan. Maka, seberat apapun itu, kamu tidak akan begitu merasakannya lagi. Dan perlu kamu ingat, setiap manusia berkewajiban untuk memikul tanggung jawabnya masing masing. Tanggung jawab itu tidak bisa dialihkan ke pundak orang lain. Apakah kamu mengerti ?


Wahai pengunjung setia yang budiman.
Begitu pentingnya pengertian tentang tanggung jawab dalam kehidupan kita ini. Entah berperan sebagai ibu rumah tangga, kepala keluarga, sebagai anak, termasuk sebagai pejabat pemerintah, CEO, pengusaha, professional, wiraswasta, pedagang ataupun karyawan, kita tak bisa lari dari keranjang beban kehidupan. Semua peran yang kita jalani pasti memiliki fungsi dan tanggung jawab sendiri sendiri. Jika kita mendapatkan peran, fungsi, maupun tugas tertentu dalam keluarga, organisasi, maupun masyarakat, kita harus siap dan berani mempertanggung jawabkannya dengan segala konsekwensi.

Orang sukses mampu melihat tanggung jawab sebagai tantangan yang harus dihadapi. Mereka tidak pernah mengalihkan beban dan tanggung jawab kepada orang lain. Karena kemampuan melihat beban dan tanggung jawab sebagai peluang. Itulah, maka orang sukses mendapat lebih banyak peluang dibanding orang lain. Peluang itu sesungguhnya ada dimana mana dan menghampiri siapa saja. Namun sebagai peluang kadang datang sebagai dalam wujud beban kehidupan sehingga banyak orang menghindarinya. Maka dari itu, jangan mudah mengeluh, menyerah, atau patah semangat jika mendapatkan tantangan, tanggung jawab, atau target, serta konsekwensi beban yang terkandung di dalamnya.


Baca Selanjutnya...!